5 Butir Mabadi Khaira Ummah, apa saja; Kapan istilah itu dicetuskan, dan siapa penggagas nya; bagaimana pula pengertian dan penjabaran butir butir Mabadi Khaira Ummah yang disebut juga sebagai al-Mabadi’ al-Khamsah Al Mabadi Al Khamsah ?Istilah Khaira UmmahMabadi Khaira Ummah5 Butir Mabadi Khaira Amanah wa al Wafa bi al ’ Ta’ IstiqamahIstilah Khaira UmmahIstilah Khaira Ummah memiliki dasar pengambilan ayat Al Qur’an yang berbunyi;كُنۡتُمۡ خَيۡرَ اُمَّةٍ اُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَاۡمُرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ الۡمُنۡكَرِ وَتُؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰهِؕ وَلَوۡ اٰمَنَ اَهۡلُ الۡكِتٰبِ لَڪانَ خَيۡرًا لَّهُمۡؕ مِنۡهُمُ الۡمُؤۡمِنُوۡنَ وَاَكۡثَرُهُمُ الۡفٰسِقُوۡنَArtinya “Kamu umat Islam ialah umat terbaik khaira ummah yang dilahirkan untuk manusia, sebab kamu memerintah melakukan perbuatan yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahlul Kitab beriman, pastilah itu lebih bagus untuk mereka. Di antara mereka ada yang beriman, tetapi umumnya mereka ialah orang-orang fasik”.Ayat ini mengandung suatu dorongan kepada kaum mukminin agar tetap memelihara sifat-sifat utama itu dan agar mereka tetap mempunyai semangat yang tinggi. Umat yang paling baik di dunia adalah umat yang mempunyai dua macam sifat, yaitu mengajak kebaikan serta mencegah kemungkaran, dan senantiasa beriman kepada dasar istilah menurut Hadits adalah; bahwa khaira ummah yaitu umat Islam yang pada masa pertama – masa Nabi Muhammad SAW. Yaitu berdasar pada Hadits; “Sebagus-bagusnya ummatku ialah masa di mana aku diutus kepada mereka, selanjutnya orang-orang sesudahnya dan ialah orang-orang selanjutnya”. Ahmad.Kapan istilah dan dari mana asal usul Mabadi Khaira Ummah pertama kali dicetuskan? Muktamar NU di Magelang tahun 1939 menetapkan prinsip-prinsip pengembangan sosial dan ekonomi yang tertuang dalam Mabadi Khaira Juga KH Mahfudz Siddiq, Pencetus Konsep Mabadi Khaira UmmahJadi, istilah dan asal usul Mabadi Khaira Ummah muncul dan ditetapkan melalui Muktamar NU tahun 1939 di Magelang. Awalnya, Mabadi Khaira Ummah dapat dilacak peletakan dasar-dasar nya sejak Muktamar NU tahun 1938 di Menes Banten yang menggelorakan semangat “upaya mengembangkan ekonomi rakyat”.Butir-butir mabadi khaira ummah kali pertama dicetuskan mabadi khaira ummah pada awalnya hanya 3 butir yaitu terdiri atas as shidqu benar tidak berdusta; kedua, al wafa bil ahd menepati janji dan ketiga at ta’awun tolong-menolong. Ini dikenal dengan ”mabadi khaira ummah ats-Tsalasah” Trisila MabadiKemudian dalam perkembangannya, ada perubahan butir-butir Mabadi Khaira Ummah dari yang semula berisi 3 butir, menjadi 5 butir; Alasan perubahan butir-butir Mabadi Khaira Ummah karena terdapat perbedaan konteks antara masa gerakan Mabadi Khaira Ummah pertama kali dicetuskan dan masa kini, di mana dalam rentang waktu itu telah terjadi perubahan besar, baik di lingkungan NU sendiri sebagai organisasi Islam Aswaja, maupun dalam kehidupan masyarakat pada karenanya, telah dilakukan beberapa penyesuaian dan pengembangan dari gerakan Mabadi Khaira Ummah yang pertama agar lebih sesuai dengan konteks itu tidak hanya berkaitan dengan persoalan arah dan titik tolak gerakan serta pelaksanaannya, tetapi juga butir-butir yang dimasukkan dalam Mabadi Khaira Ummah dan spesifikasi semula Mabadi Khaira Ummah hanya membuat tiga butir nilai seperti telah tersebut di atas; dua butir lagi perlu ditambahkan untuk mengantisipasi persoalan dan kebutuhan kontemporer. Kedua butir itu adalah al adâlah dan al Butir Mabadi Khaira UmmahDengan demikian, gerakan Mabadi Khaira Ummah kini akan membawa lima butir nilai yang kita kenal sebagai al-Mabâdî’ al-Khamsah. Baca juga Mabadi Khaira Ummah Sebagai Gerakan Atau HarokahBerikut ini adalah uraian pengertian dari kelima butir al-Mabadi’ al-Khamsah tersebut dan kaitan dengan orientasi-orientasi spesifikasinya sesuai dengan kerangka tujuan sebagaimana penjabaran di bawah ini merupakan prinsip-prinsip mabadi khaira ummah yang menjadi keputusan pada Munas Alim Ulama dan Konbes NU di Bandar Lampung tahun 5 butir mabadi khaira ummah adalah sebagai berikut ShidquAl shidqu, butir mengandung arti kejujuran/kebenaran, kesungguhan dan keterbukaan. Kejujuran atau kebenaran adalah satunya kata dengan perbuatan, ucapan dengan pikiran. Apa yang tampak di lahir sama dengan yang di dalam batinnya. Jujur, dalam hal ini tidak plin-plan, dan tidak dengan sengaja memutarbalikkan fakta atau memberi informasi yang menyesatkan, dan tentu saja jujur pada diri dalam pengertian jujur, adalah jujur dalam bertransaksi dan jujur dalam bertukar pikiran diskusi. Jujur dalam bertransaksi artinya menjauhi segala bentuk penipuan demi mengejar keuntungan. Jujur dalam bertukar pikiran artinya ikhlas mencari maslahat dan kebenaran, serta bersedia mengakui dan menerima pendapat yang lebih baik. Dapat di- percaya, setia, dan tepat janji merupakan arti mabadi khairu ummah butir Al Amanah wa al Wafa bi al ’AhdiButir Al Amanah wa al-wafa bi al-’ahdini, butir memuat dua istilah yang saling terkait, yaitu al-amanah dan al-wafa bi al-’ahd. Yang pertama, secara lebih umum meliputi semua beban yang harus di- laksanakan, baik ada perjanjian maupun tidak; sedangkan yang kedua hanya berkaitan dengan sesuatu yang terdapat perjanjian di dalamnya. Namun kemudian, kedua istilah itu di- gabungkan menjadi satu kesatuan, dan pengertiannya meliputi dapat dipercaya, setia dan tepat dipercaya adalah sifat yang melekat pada seseorang yang dapat melaksanakan semua tugas yang menjadi tanggungjawabnya, baik yang bersifat dîniyyah maupun ijtima’iyyah. Dengan sifat ini, orang menghindar dari segala bentuk pembengkalaian dan manipulasi tugas atau mengandung pengertian kepatuhan dan ketaatan kepada Allah dan pimpinan/penguasa sepanjang tidak memerintah untuk berbuat juga Masyayikh NU Arti, Penjelasan, Penjabaran dan ContohnyaTepat janji mengandung arti melaksanakan semua perjanjian. Baik perjanjian yang di buatnya sendiri maupun perjanjian yang melekat karena kedudukannya sebagai orang mukallaf. Juga meliputi janji pemimpin terhadap yang di- pimpinnya, janji antar sesama anggota masyarakat, antar sesama anggota keluarga dan setiap individu. Sementara itu menyalahi janji termasuk salah satu sifat sifat di atas dapat di percaya, setia dan tepat janji menjamin integritas pribadi dalam menjalankan wewenang dan dedikasi terhadap tugas. Sedangkan al-amânah wa al-wafa’ bi al-’ahd itu sendiri, bersama-sama al-shidqu. Secara umum menjadi ukuran kredibilitas yang tinggi di hadapan pihak lain. A;-Shidqu merupakan satu syarat penting dalam membangun berbagai kerja juga 7 Butir Deklarasi Aswaja dan Perkembangan Sosial AdalahButir Al ’Adalah mengandung pengertian objketif, proporsional dan taat asas. Butir ini mengharuskan orang berpegang kepada kebenaran obyektif dan menempatkan segala sesuatu pada tempatnya. Distorsi penilaian sangat mungkin terjadi akibat pengaruh emosi, sentimen pribadi ataupun kepentingan semacam ini dapat menjerumuskan orang ke dalam kesalahan fatal dalam mengambil sikap terhadap suatu persoalan. Buntutnya sudah tentu adalah kekeliruan bertindak yang bukan saja tidak menyelesaikan masalah; tetapi bahkan menambah keruwetan. Terlebih jika persoalannya menyangkut perselisihan atau pertentangan di antara berbagai sikap obyektif dan proporsional, distorsi semacam ini dapat terhindarkan. Implikasi lain dari al-’adâlah adalah kesetiaan kepada aturan main correct dan rasionalitas dalam pembuatan keputusan. Termasuk dalam alokasi sumber daya dan tugas the right man on the right place. Kebijakan memang seringkali di perlukan dalam menangani masalah-masalah tertentu. Tetapi, semuanya harus tetap di atas landasan asas bertindak yang menjadi kesepakatan Ta’awunButir Al Ta’awun merupakan sendi utama dalam tata kehidupan masyarakat, karena manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan pihak lain. Pengertian al-ta’âwun meliputi tolong menolong, setia kawan dan gotong royong dalam kebaikan dan takwa. Imam al-Mawardi mengkaitkan pengertian takwa dengan rida Allah dan al-birr kebaikan dengan kerelaan manusia. Memperoleh keduanya berarti memperoleh kebahagiaan yang terhadap sesama dan suka membantu orang lain merupakan cerminan mabadi khaira ummah butir Ta’awun. Juga mengandung pengertian timbal balik dari masing-masing pihak untuk memberi dan menerima. Oleh karena itu, sikap al-ta’âwun mendorong setiap orang untuk berusaha dan bersikap kreatif. Agar dapat memiliki sesuatu, dan menyumbangkannya kepada orang lain. Dan juga kepada kepentingan bersama. Mengembangkan sikap ta’awun berarti juga mengupayakan juga Mengukur NU dari 3 Butir Maklumat Hadlratussyekh Hasyim Asy’ IstiqamahAl Istiqamah, butir ini mengandung pengertian ajeg jejeg, berkesinambungan dan berkelanjutan. Ajeg jejeg artinya tetap dan tidak bergeser dari jalur tharîqah sesuai ketentuan Allah Swt dan rasul-Nya. Serta tuntutan dari para al-salaf al-shâlih dan aturan main serta rencana-rencana yang menjadi kesepakatan artinya keterkaitan antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lain dan antara periode yang satu dengan periode yang lain. Sehingga semuanya merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dan saling menopang seperti sebuah makna berkelanjutan adalah bahwa pelaksanaan kegiatan tersebut merupakan proses yang berlangsung terus menerus. Tidak mengalami kemandegan; melainkan mengalami proses kemajuan progressing dan tidak berjalan di tempat stagnant.Kegiatan yang berlangsung terus menerus, ajeg dan berkesinambungan tanpa mengalami kemandekan. Itulah Istqamah. Keajegan artinya tetap dan tidak bergeser dari jalur sesuai dengan yang Allah SWT tentukan dan juga oleh Rasul-Nya. Serta tuntunan dari para ulama salafus shalih. adalah bagian dari makna Pengertian Mabadi Khaira Ummah bisa baca artikel ini > Pengertian Mabadi Khaira Ummah. Demikian 5 Butir Mabadi Khaira Ummah dengan penjabaran pengertian juga Hubungan Mabadi Khaira Ummah Dengan Khittah NU
Pada kurun waktu antara tahun 1935 sampai 1940, almarhum Kyai Haji Mahfoedz Siddiq, ketika beliau menjabat sebagai ketua PBNU, beliau melancarkan kampanye mengenai anjuran yang dilakukan dengan serius, terus-menerus dan terarah, khusus untuk mewujudkan pelaksanaan tiga akhlak oleh kaum muslimin umumnya dan kaum nahdiyin pada butir akhlak tersebut adalah Assidqu selalu benar, tidak berdusta kecuali diizinkan oleh agama, Al-Amanah Walwafa Bil'ahdi menetapi segala janji, dan Atta'awun saling tolong-menolong di antara anggota-anggota kader atau sesama muslim.Tiga butir akhlak ini dipilih dengan pertimbangan bahwa ketiga-tiganya sangatlah strategis sebagai landasan utama bagi terbinanya “umat terbaik” atau Khairul Ummah. Landasan utama tersebut tentunya harus dikembangkan dengan akhlak-akhlak karimah perilaku mulia.Alhasil, ketiga butir akhlak tersebut akhirnya diberi nama “Mabadi Khaira Ummah” atau dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai dasar-dasar permulaan menjadi umat Mabadi Khaira UmmahMabadi Khaira Ummah adalah gerakan pembentukan identitas dan karakter warga Nahdlatul Ulama melalui penanaman nilai-nilai yang dapat dijadikan prinsip-prinsip dasar untuk menjadi umat Mabadi Khaira Ummah merupakan langkah awal pembentukan umat terbaik, yaitu suatu umat yang mampu melaksanakan tugas-tugas Amar Ma'ruf Nahi Mungkar yang merupakan bagian terpenting dari kiprah NU karena kedua sendi mutlak diperlukan untuk menopang terwujudnya tata kehidupan yang diridhoi Allah Subhanahu Wa Ta'ala sesuai dengan cita-cita Nahdlatul Khaira Ummah adalah gerakan pembentukan identitas dan karakter warga NU melalui upaya penanaman nilai-nilai luhur yang digali dari paham keagamaan NU. Namun, karena nilai-nilai yang terkandung dalam pemahaman keagamaan Nahdlatul Ulama itu sangatlah banyak, maka dipilihlah nilai-nilai yang dapat dijadikan prinsip-prinsip dasar atau “Mabadi” sebagai langkah awal bagi pembentukan identitas dan karakter warga Mabadi Khaira Ummah kepada warga NU haruslah dilakukan secara intensif, terencana, dan berkelanjutan, melalui berbagai jalur yang dimiliki oleh Nahdlatul Ulama seperti forum Lailatul Ijtima. Upaya penanaman melalui kegiatan usaha bersama seperti yang pernah dirintis oleh NU pada masa yang lalu, akan lebih mempercepat tercapainya pembentukan identitas Mabadi Khaira Ummah yang dilakukan oleh generasi pertama ini ternyata telah berhasil menjadikan NU sebagai salah satu organisasi besar yang kokoh dan proses pertumbuhannya begitu cepat, tidak ubahnya seperti pertumbuhan umat Islam pada generasi pertama sebagaimana digambarkan dalam Al-Qur’ antara Mabadi Khaira Ummah dan Khittah NU terletak pada keterikatannya satu sama lain yang saling melengkapi. Khittah merupakan landasan, sedangkan Mabadi sebagai pelaksanaannya. Khittah adalah kepribadian yang dibentuk oleh ajaran Islam Ahlussunnah Waljamaah sebagai paham keagamaan tersebut kemudian menjadi landasan berpikir, bersikap dan bertindak warga NU yang harus tercermin dalam tingkah laku perseorangan maupun organisasi. Dengan demikian, Khittah merupakan sumber inspirasi bagi semua kegiatan NU dan demikian tuntutan untuk membangkitkan gerakan Mabadi Khaira Ummah setelah dicanangkannya Khittah NU, memang hampir merupakan konsekuensi karena Mabadi Khaira Ummah adalah butir-butir ajaran yang dipetik dari moral Khittah NU yang harus ditanamkan kepada tekad melaksanakan khittah NU itu sendiri menuntut pembenahan dan pengembangan NU demi meningkatkan ketangguhan organisasi dan aktualisasi potensi-potensi yang dimilikinya sesuai yang mutlak perlu dalam upaya berkarya nyata bagi pembangunan umat, bangsa dan sejarah Mabadi Khaira Ummah tak dapat dipisahkan dari jiwa asli NU yang kini disebut sebagai khittah NU. Mabadi Khaira Ummah adalah sunnah atau jejak para pemula al-sabiqun al-awwalun NU. Jika kembali ke khittah 26 Khittah NU dapat dimaknai sebagai pengikatan kembali dengan semangat dan Sunah para pemula ini, maka gerakan Mabadi Khaira Ummah adalah revitalisasi Sunah tadi mengingat relevansinya dengan kebutuhan masa kini, bahkan dengan kebutuhan segala zaman cukup jauh, pembangkitan kembali dan pengembangan gerakan Mabadi Khaira Ummah ini pun relevan dengan kebutuhan pembangunan bangsa dan negara yang sasaran utamanya adalah pembangunan sumber daya manusia SDM. Keberhasilan pembangunan bangsa ini akan tergantung pada upaya pembentukan manusia Indonesia yang tidak hanya memiliki keterampilan saja, tetapi juga memiliki watak dan karakter terpuji serta bertanggungjawab. Sebagian para ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan “Khaira Ummah” adalah mereka yang hijrah dari Mekah ke Madinah dan mereka yang ikut Perang Badar serta ikut rombongan Nabi ke Hudaibiyah sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibnu sebagian ulama lainnya berpendapat bahwa mereka yang dimaksud itu adalah umat Islam periode pertama dengan mendasarkan pada hadis berikut“Sebaik-baiknya umatku adalah apa di mana aku diutus kepada mereka kemudian orang-orang yang berikutnya.” HR AhmadAda juga ulama yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan “Khaira Ummah” adalah umat Islam pada setiap periode sepanjang syarat-syarat yang terkait dengan ayat tersebut QS. Ali-Imran 110 terpenuhi, yaitu beriman dan mampu melaksanakan Amar Ma'ruf Nahi Mabadi Khaira Ummah Salah satu tujuan besar dari gerakan Mabadi Khaira Ummah adalah untuk mendukung program pembangunan Nahdlatul Ulama, menangani masalah sosial dan ekonomi secara itu, gerakan ini juga bertujuan untuk membentuk sumber daya manusia menjadi kader-kader unggul yang siap berkiprah aktif dalam mengikhtiarkan kemaslahatan umat, bangsa dan negara yang tidak saja terampil, tetapi juga berkarakter terpuji dan bertanggung jawab. Dengan demikian, gerakan Mabadi Khoiru Ummah tidak saja relevan dengan program pengembangan ekonomi, tetapi juga pembinaan umumnya, kedua hal ini yang akan menjadi arah strategis pembangkitan kembali gerakan Mabadi Khaira Ummah kita nantinya, di samping bahwa sumber daya manusia yang dapat dikembangkan melalui gerakan ini pun akan menjadi karakter unggul yang siap berkiprah aktif dalam mengikhtiarkan kemaslahatan umat, bangsa dan negara pada penjelasan singkat mengenai pengertian Mabadi Khaira Ummah beserta Tujuannya. Semoga apa yang kami sampaikan bermanfaat. Wallahu A’lam
Mabadikhaira ummah itself is concept and values of building good society resulted by Nahdlatul Ulama (NU). Research want to know how to manage mabadi khaira ummahal. Research is qualitative with interview, investigation, and documentation, and also combining snowball sampling and purposive sampling techniques which the headmaster as the firstSajarah Lahirnya Mabadiu Khaira UmmahMunculnya gerakan Mabadiu khaira ummah didorong oleh adanya kesadaran di kalangan para pemimpin NU bahwa untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan Nahdlatul Ulama maka harus ada dukungan dari umat yang memiliki sifat-sifat terpuji, mental yang tinggi, dan mampu mengemban tugas agama maupun untuk membentuk karakter warga nadliyin melalui mabadiu khaira ummah itu muncul pada saat Kongres HBNO Hoofd Bestuur NO, nama lain dari NU untuk saat itu ke-13 yang juga mengamanatkan agar NU merintis pemberdayaan ekonomi umat. Untuk itu, perlu adanya pembinaan umat lebih dulu sebagai basis dari usaha pembentukan khaira ummah. Pada sisi yang lain gerakan memasyarakatkan mabadiu khaira ummah, dilakukan berbarengan dengan gerakan pemasyarakatan sosialisasi Nahdlatul Ulama ke luar pesantren, sehingga upaya pembinaan dan penggalangan tersebut tidak hanya mempunyai dampak ke dalam tetapi juga mempunyai dampak ke luar, yaitu suatu umat yang dapat dijadikan panutan uswatun hasanah.Upaya penanaman mabadiu khaira ummah dilakukan dengan memberikan penjelasan secara terus menerus. Melalui berbagai tempat dan kesempatan, kususnya pada malam pertemuan lailatul ljtima, yang diadakan di tiap-tiap ranting melalui instruksi yang dilakukan oleh NU. Hal ini seperti tertuang dalam INSTRUCTIE KE-11 tentang Programme Membangoen Oemmat Islam dan Pendahoeloenja Langkah Membangoenkan Masjarakat Islam dan Economienja serta melalui usaha-usaha nyata seperti gerakan koperasi atau syirkah taawuniyah. Hasil yang dapat dipetik dari upaya tersebut sungguh membanggakan, meskipun secara kuantitas jumlah warga NU tidak sebanyak saat ini. Hal ini dapat dilihat dari berbagai hal antara lain semangat berorganisasi semakin tumbuh dan berkembang, kegiatan organisasi dalam berbagai bidang makin semarak, kesetiaan warga makin kuat, dan para kyai pemimpin NU semakin solid. Jika ada selisih pendapat di antara mereka, maka semata-mata didasarkan atas perbedaan pendirian bukan perbedaan kepentingan. Semua ini membawa akibat yang sangat baik bagi pembinaan internal ke dalam maupun dalam upaya pengembangan Nahdlatul Ulama secara eksternal ke luar.Langkah pembinaan umat yang sangat baik ini, tersendat- sendat karena pecahnya Perang Dunia kedua, dan Nahdlatul Ulama menjadi partai politik. Gerakan ini belum ada tanda-tanda diaktifkan kembali. Harapan untuk menghidupkan kembali gerakan ini pernah terdengar disekitar tahun 1970-an bertepatan dengan terdengarnya suara ajakan untuk kembali ke khittah, namun suara ini kembali tak terdengar karena hiruk pikuknya aktivitas politik praktis. Baru setelah Nahdlatul Ulama bertekad bulat kembali ke Khithah 1926 pada tahun 1985, keinginan untuk meneruskan kembali gerakan mabadiu khaira ummah semakin kuat, terutama setelah Muktamar NU ke-28 yang mengamanatkan kepada pengurus besar Nahdlatul Ulama agar menangani masalah sosial dan ekonomi secara lebih Musyawarah Nasional Alim Ulama Nahdlatul Ulama di Lampung tahun 1992, gerakan Mabadiu Khaira Ummah kembali dimunculkan ke permukaan dan bahkan lebih dikembangkan lagi. Mabadiu Khaira Ummah semula hanya terdiri atas tiga asas, yaitu Asshidqu, alamanah/alwafa bil ahdi, dan attaawun sebagaimana yang dirumuskan oleh Mahfudz Shiddiq selaku Ketua NU pada tahun 1935. Kemudian dalam Munas di Lampung tahun 1992, tiga asas tersebut ditambah dua poin lagi yakni al adalah dan al istiqamah, sehingga menjadi lima butir dan disebut juga sebagai mabadiu pemikiran adanya penambahan tersebut adalah perbedaan tantangan situasional yang berbeda antara tahun 1935 dan tahun- tahun mendatang. Selain itu juga adanya perbedaan sasaran yang dicapai. Sasaran pada waktu itu hanya pembentukan jati diri dan watak warga, sedangkan sekarang ini diharapkan sebagai modal dasar bagi pembentukan tata kehidupan baru yang lebih latar belakang di atas, maka para ulama memandang perlu pembentukan terhadap watak, sikap, dan perilaku umat dengan ciri kusus yang menjadikan warga nadliyyin mudah watak, sikap, dan perilaku yang khusus ini sangat penting untuk membedakan mana warga nadliyin dan mana yang tidak. Pada sisi lain, mengingat kondisi Indonesia saat itu belum merdeka dan setiap warga negara diharapkan perjuangan dan partisipasinya untuk ikut membebaskan bangsa ini dari belenggu penjajahan, maka pembentukan watak yang spesifik Islam ahlussunnah waljamaah semakin dipandang perlu. Untuk itu, para ulama dan tokoh-tokoh panutan NU, berusaha untuk merumuskan watak-watak dasar tersebut. Perumusan ini diharapkan dapat dilaksanakan oleh warga nadliyin dalam kehidupan sehari-hari, sehingga prilaku ini menjadi ciri khas warga nadliyin. Perumusan konsep tentang watak dasar ini kemudian dibahas oleh ulama NU, sehingga menghasilkan konsep yang diberi nama mabadiu khaira Mabadiu Khaira UmmahMabadiu khaira ummah arti harfiahnya adalah dasar, asas atau prinsip-prinsip umat yang terbaik. Istilah Mabadiu khaira ummah digunakan oleh NU untuk menggambarkan ciri ideal warga NU di mana pun berada dan dengan ciri-ciri itulah warga NU diharapkan akan dikenal. Mabadiu khaira Ummah juga mengandung makna adanya usaha sungguh-sungguh dan berkelanjutan untuk mewujudkan citra ideal warga NU. Dengan kata lain mabadiu khaira ummah adalah gerakan pembentukan identitas dan karakter warga Nahdlatul Ulama, melalui penanaman nilai-nilai yang dapat dijadikan prinsip-prinsip dasar mabadi.Gerakan tersebut juga merupakan langkah awal bagi pembentukan umat terbaik khaira ummah, suatu umat yang mampu melaksanakan tugas amar makruf nahi munkar. Identitas dan karakter yang dimaksudkan dalam gerakan ini adalah bagian terpenting dari sikap kemasyarakatan yang termuat dalam Khittah Nahdlatul Ulama, yang harus dimiliki oleh setiap warga Nahdlatul Ulama dan dijadikan landasan berfikir, bersikap, dan sekali dasar yang digunakan untuk membentuk mabadiu khaira ummah. Pertama, Alquran sebagai dasar utama, kedua, Sunnah Rasulullah sebagai dasar kedua, dan contoh perilaku mulia uswatun hasanah dari ulama salafus shalihin sebagai dasar ketiga. 1 AlquranDasar Alquran adalah firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 110كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ ١١٠110. Kamu umat Islam adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia selama kamu menyuruh berbuat yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Seandainya Ahlulkitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik. Ali Imran1102 Sunnah RasulSedangkan dasar Sunnah adalah missi utama Rasulullah yang berupaya memperbaiki akhlak manusia sebagaimana sabda Rasulullah saw. Artinya “Dan tidaklah aku diutus, kecuali untuk menyempurkan keutamaan akhlaq yang mulia.” Alhadis3 Uswah Hasanah para Ulama SalafSedang dasar meniru dan mencontoh perilaku mulia uswatun hasanah para ulama salaf salafus shalikhin adalah dapat dilakukan dengan cara meniru akhlak mulianya baik melalui buku cerita, sejarah ulama, manaqib, atau meniru secara langsung dari kepribadian-kepribadian para ulama salaf tersebut dengan melalui silaturrahim atau muhibahButir-Butir Mabadiu Khaira UmmahAdapun isi dan kandungan mabadiu khaira ummah atau mabadiu khamsah serta uraiannya adalah sebagai berikut1. AsshidquAsshidqu bermakna jujur/benar, bersungguh-sungguh, dan terbuka. Kejujuran/ kebenaran adalah kesesuaian antara perkataan dan perbuatan. Apa yang dilahirkan sama dengan apa yang ada di dalam hati. Jujur itu meliputi ucapan, perbuatan, dan sikap yang ada di dalamnya. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Attaubah ayat 119 يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَكُوْنُوْا مَعَ الصّٰدِقِيْنَ ١١٩119. Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tetaplah bersama orang-orang yang benar! At Taubah119Bersungguh-sungguh dilakukan dalam berbagai tugas, baik yang berhubungan dengan Allah swt hablum minallah maupun tugas- tugas kemasyarakatan hablum minannas. Allah berfirman dalam surat Albaqarah 177اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُتَّقُوْنَ ١٧٧177. ….. Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang terbuka merupakan sikap lahir dari kejujuran untuk menghilangkan kecurigaan antara satu dengan yang lain, kecuali dalam beberapa hal yang selayaknya harus Al amanah walwafa bilahdiAlamanah walwafa bilahdi berasal dari dua kata alamanah yang memiliki pengertian yang lebih umum yakni meliputi semua beban yang harus dilaksanakan, baik ada perjanjian maupun tidak, sedangkan alwafa bilahdi hanya berkaitan dengan sesuatu yang terdapat perjanjian. Namun kedua istilah itu digabungkan menjadi satu kesatuan. Yang Pengertiannya meliputi dapat dipercaya, setia, dan tepat dipercaya adalah sifat yang diletakkan pada seseorang yang dapat melaksanakan tugas yang dipikulnya, baik yang bersifat diniyah maupun ijtimaiyah. Setia mengandung pengertian kepatuhan dan ketaatan terhadap Allah dan pimpinan/penguasa sepanjang tidak memerintah untuk berbuat tepat janji mengandung arti melaksanakan semua perjanjian baik perjanjian yang dibuat sendiri maupun perjanjian yang melekat karena kedudukannya sebagai orang mukalaf dan meliputi janji pemimpin terhadap yang dipimpinnya, janji sesama anggota keluarga dan setiap individu. Allah swt. Berfirman dalam surat an- Nisa ayat 58۞ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُّوا الْاَمٰنٰتِ اِلٰٓى اَهْلِهَاۙ Artinya “Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu sekalian untuk menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya.”Begitu juga firman Allah surat Al Maidah ayat 1يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَوْفُوْا بِالْعُقُوْدِۗ Artinya “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah perjanjian perjanjian itu’.3. Al adalahAl’adalah mengandung pengertian bersikap adil dan memberikan hak dan kewajiban secara proporsional. Bersikap adil dalam menempatkan sesuatu pada tempatnya, berpihak kepada kebenaran, menyalahkan yang salah dan membenarkan yang benar. Bersikap adil dituntut dari semua pihak lebih-lebih dari penguasa, hakim, pemimpin, kepala keluarga, orang lain dalam berfatwa, dan orang mempunyai hak dan kewajiban. Hak adalah sesuatu yang mesti diperolehnya, sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang harus dikerjakannya. Pemberian hak dan pelaksanaan kewajiban bagi setiap orang disesuaikan dengan kepatutan masing-masing. Allah berfirman dalam surat an-Nahl ayat 90۞ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ 90. Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil, berbuat kebajikan, 4. AttaawunAttaawun merupakan sendi utama dalam tata kehidupan masyarakat, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan pihak lain. Pengertian attaawun meliputi, tolong menolong, setia kawan, dan gotong royong dalam kebaikan dan juga mengandung pengertian timbal balik dari masing-masing pihak untuk memberi dan menerima. Oleh karena itu sifat taawun mendorong setiap orang untuk berusaha dan bersikap kreatif agar dapat memiliki sesuatu yang dapat dikembangkan kepada orang lain. Firman Allah dalam surat Maidah ayat 2وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۖ2. Tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan5. Al IstiqomahAl istiqomah mengandung pengertian konsisten, ajeg, berkesinambungan, dan tidak berkelanjutan. Keajegan adalah tetap dan tidak bergeser jalur sesuai dengan yang ditentukan oleh Allah an Rasul-Nya. Kesinambungan artinya keterkaitan antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lain dan antara periode satu dengan periode yang lain. Sehingga semuanya merupakan satu mata rantai yang tak terpisahkan dan saling berkelanjutan adalah proses pelaksanaan secara terus menerus dan tidak mengalami kemandegan statis. Allah berfirman dalam surat Fusshilat ayat 30اِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ اَلَّا تَخَافُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَبْشِرُوْا بِالْجَنَّةِ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ ٣٠30. Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah,” kemudian tetap dalam pendiriannya, akan turun malaikat-malaikat kepada mereka seraya berkata, “Janganlah kamu takut dan bersedih hati serta bergembiralah dengan memperoleh surga yang telah dijanjikan kepadamu.”
PengertianSyar'u Man Qablana. Pengertian Syar'u Man Qablana menurut bahasa dan istilah, secara bahasa artinya syariat sebelum kita, sedangkan secara istilah, Syar'u Man Qablana adalah Segala apa yang dinukilkan kepada kita dari hukum-hukum syara' yang telah di syaratkan Allah Swt. bagi umat-umat dahulu melalui nabi-nabinya yang diutus kepada umat itu